Minggu, 07 Oktober 2012

Jangan Sepelekan Gejala Kesemutan


Bisa jadi pertanda terjadinya kerusakan saraf yang serius.
Tangan kesemutan
 
 Rasa kesemutan selama ini dianggap sebagai keluhan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun Anda harus waspada, bisa jadi kesemutan yang terjadi merupakan gejala gangguan medis neuropati, terutama bagi mereka berusia 40an.

Hal ini diingatkan oleh dr. Moh. Hasan Machfoed, ketua Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ), neuropati merupakan gangguan saraf yang cukup serius. Ini terjadi ketika serat-serat saraf mengalami kerusakan karena suatu penyakit atau trauma.

"Tanda-tandanya memang lebih banyak ditemukan pada usia kepala empat," kata Hasan, dalam pembukaan Neuropathy Service Point, di Makasar.

Gangguan tersebut bisa dideteksi melalui gejala-gejala yang umumnya dianggap tidak parah. Seperti rasa nyeri, kesemutan, baal atau kebas, mati rasa, kaku otot, kram dan hipersensitif.

Neuropati juga memunculkan gejala lain, yakni menimbulkan gangguan pengeluaran kelenjar keringat sehingga kulit tampak kering, mengkilap dan rambut rontok.

Menurut Hasan, neuropati dapat diderita oleh siapa saja, meskipun cenderung dialami oleh orang dengan usia lanjut. Yakni mengancam 1 dari 4 orang yang telah berusia 40 tahun ke atas dan 1 dari 2 penderita diabetes. Khusus untuk penderita diabetes, angka prevalensinya meningkat menjadi 50 persen dari sebelumnya.

Sementara itu, konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FK-UI, Manfaluthy Hakim mengungkap kalau neuropati sering tidak disadari sebagai penyakit. Bahkan gejala tersebut dipandang sebagai hal umum dan biasa. Padahal, neuropati dapat  sangat mengganggu aktivitas keseharian penderitanya

 "Dampaknya sangat bisa menimbulkan komplikasi-komplikasi lain di tubuh kita," kata Manfaluthy.

Ia mengingatkan bahwa neuropati adalah gejala penyakit yang bisa dicegah. Caranya dengan menjalani pola hidup yang benar. Selain itu, pasien neuropati juga diimbau untuk  banyak mengkonsumsi vitamin B1, B6 dan B12.

Waspadai Efek Buruk Kopi pada Mata


Konsumsi berlebih dapat menyebabkan kebutaan permanen.
 
 
Kafein pada kopi menyebabkan tekanan pada mata. (good-wallpapers.com)


Dari sekian banyak manfaat kopi, sepertinya Anda harus mulai membatasi konsumsi kopi dalam takaran normal. Penelitian terbaru dari Harvard University mengungkapkan bahwa kelebihan kopi dapat meningkatkan resiko kerusakan mata yang mengakibatkan kebutaan.

Kafein disebut sebagai bahan yang berkaitan dengan gangguan mata yang disebut exfoliation glaucoma. "Minum tiga cangkir kopi atau lebih dalam sehari, ditemukan terkait dengan peningkatan gangguan pada glaucoma, khususnya bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga glaucoma," papar Jae Hee Kang, asisten profesor kedokteran di Channing Division of Network Medicine at Brigham and Women's Hospital in Boston.
"Mereka yang berisiko pada gangguan ini, terutama mereka yang memiliki riwayat keluarga glaucoma sangat dianjurkan untuk membatasi asupan kopi, kurang dari tiga cangkir per hari," jelasnya, seperti dikutip Sciencedaily.

Penelitian ini melibatkan 79 ribu responden wanita, dengan mengambil data kesehatan, termasuk hasil pemeriksaan mata, dan kuesioner untuk mengetahui berapa banyak konsumsi kopi mereka dalam satu hari. Pada penelitian sebelumnya, Kang mencatat bahwa Skandinavia merupakan peringkat teratas untuk kasus gangguan mata akibat kopi ini. Mereka terbukti mengkonsumsi kopi tika cangkir lebih dalam satu hari.

Gangguan mata ini ditandai dengan penekanan pada bola mata. Jika kondisi ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan kerusakan syaraf optik lainnya disekitar mata. Ini yang menyebabkan kebutaan permanen. Semakin banyak kafein yang Anda konsumsi, semakin meningkat pula resiko kerusakan mata ini.

Cara Ampuh Cegah Flu saat Pergantian Musim


Mencuci tangan dengan menggunakan sabun, efektif mematikan virus flu.
 
 
Menjaga kebersihan tangan, cara efektif mencegah flu.  


Flu adalah penyakit yang paling sering menyerang pada pergantian musim seperti sekarang. Terlebih saat pertahanan tubuh lemah atau sedang lelah. Selain asupan vitamin, banyak cara yang dapat dilakukan untuk menangkalnya. Menurut ahli kesehatan dari American Academy of Family Physicians, Glen Stream, MD, flu dapat dicegah hanya dengan menjaga kebersihan tubuh, terutama tangan.

Rajin mencuci tangan
"Mencuci tangan setelah mengerjakan sesuatu adalah cara yang paling disarankan untuk mematikan perkembangan virus flu. Secara tidak sadar kita sering kali menyentuh wajah, tanpa menyadari bahwa bakteri sedang berkembang di tangan. Bakteri ini mungkin saja berpindah dari tombol elevator dan gagang pintu misalnya, keduanya menjadi tempat pertumbuhan bakteri yang subur," demikian dikatakan ahli mikrobiologi Kelly A. Reynolds, MSPH, Ph.D., profesor di University of Arizona.
Kebanyakan dari kita pun mencuci tangan dengan "basa-basi", hanya sekadar membasahi tangan dengan air. Menurut Reynold, mencuci tanganpun ada tekniknya. "Cuci selama 20 sampai 30 detik, termasuk antara jari dan punggung tangan. Gunakan sabun dan tindakan scrubbing membantu mengusir kuman yang tertanam dalam sel-sel kulit dan minyak pada kulit."

Hand sanitizer
Jika sulit menemukan air untuk mencuci tangan, sediakan hand sanitizier atau pembersih tangan berbasis alkohol di dalam tas atau meja kerja. cara ini memang tidak seefektif mencuci tangan, tapi Anda dapat melakukannya sebagai tindakan mengurangi resiko flu.

Vitamin C
Asupan vitamin C dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Tidak ada salahnya Anda mengkonsumsinya saat pergantian musim seperti ini. Untuk mencegah dehidrasi, pastikan Anda telah mengkonsumsi banyak air putih sebelumnya.

Hipertensi Selama Hamil Pengaruhi IQ Anak


Kesehatan ibu selama kehamilan berhubungan erat dengan kecerdasan anak
Studi menemukan anak dari ibu yang mengalami hipertensi lebih cepat pikun. (beginnerbaby.com)

Kondisi kesehatan ibu selama kehamilan mempengaruhi anak hingga dewasa. Sebuah studi terbaru menemukan pria yang lahir dari ibu yang mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan lebih cepat mengalami penurunan mental dibandingkan mereka yang memiliki ibu dengan tekanan darah sehat.

Perbedaan yang nyata terjadi pada usia 20, dan kian melebar sepanjang hidup sang pria. Hasil temuan Dr. Katri Raikkonen dan rekan-rekannya di Universitas Helsinki di Finlandia ini juga menemukan kesenjangan mental terbesar yang diakibatkannya adalah IQ, misalnya kemampuan dalam menyelesaikan soal matematika.

Seperti dimuat Telegraph, para akademisi menganalisa 398 pria yang lahir antara tahun 1934 dan 1944. Semua peserta diuji untuk menyelesaikan soal matematika, bahasa dan penalaran spasial pada usia 20 tahun dan kembali diulang pada usia 69 tahun.

Dr. Raikkonen mengatakan, "Tekanan darah tinggi dan kondisi terkait seperti preeklamsia mempersulit sekitar 10 persen dari seluruh kehamilan dan dapat mempengaruhi lingkungan bayi di dalam rahim."

Mengutip hasil studi yang dimuat dalam jurnal Neurology, Dr. Raikkonen menambahkan, "Studi kami menunjukkan bahwa penurunan dalam kemampuan berpikir di usia tua bisa berasal dari masa kehamilan ketika mayoritas perkembangan struktur dan fungsi otak terjadi."

Nasi, Karbohidrat Pencegah Kanker Usus



Dalam laboratorium, beras memiliki efek penekanan tumor dan kanker.
Nasi memiliki efek penekan tumor dan kanker. (istockphoto)

Lupakan sejenak tentang kekhawatiran Anda tentang berat badan, dan bahaya arsenik pada nasi. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, nasi dapat menghindarkan seseorang dari kanker usus.

"Kanker usus meningkat tajam di Jepang dan Hong Kong. Jenis kanker ini seringkali dikaitkan dengan perubahan makanan pada negara tersebut selama 50 tahun terakhir," kata Profesor Ann Richardson dari Unversity of Canterbury, seperti yang dilansir Times of India.

Mereka mengganti nasi dengan sumber karbohidrat lainnya. Akibatnya, konsumsi beras menurun hampir 50 persen di Jepang selama 20 hingga 30 tahun terakhir. Meski demikian, China dan India yang masih tetap mengonsumsi nasi memiliki tingkat kanker usus besar yang tergolong rendah.

Beberapa penelitian laboratorium juga menunjukkan beras memiliki efek penekanan tumor dan kanker. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 menunjukkan, penderita kanker usus terendah adalah pria di wilayah Asia dan kepulauan pasifik. Wilayah ini memiliki penduduk yang biasa mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok.