Jumat, 13 Januari 2012

Penelitian: Kalori Naikan Berat Badan dan Bukan Protein

Orang-orang yang memakan terlalu banyak makanan berkalori tinggi dan diet rendah protein cenderung untuk lebih gemuk dibanding mereka yang makan makanan berprotein dalam jumlah yang banyak, kata peneliti AS pada Selasa lalu.


Sebuah penelitian yang dikeluarkan pada 4 Januari dan dimuat pada Journal of the American Medical Association melibatkan 25 orang di Lousiana yang setuju untuk berperan sebagai pasien dalam eksperimen penambahan berat badan dalam waktu 56 hari.


Dalam rentang waktu dua bulan, mereka diberi kelebihan 1.000 kalori setiap hari.


Beberapa orang diberi diet lima persen protein, beberapa 15 persen protein -porsi yang tepat- dan lainnya diberi 25 persen, atau dalam jumlah yang tinggi.


Tujuan peneliti tersebut adalah untuk mengungkap bagaimana kadar protein dapat memengaruhi berat badan, lemak tubuh dan pengeluaran energi.


Mereka menemukan bahwa orang-orang yang berdiet rendah protein mendapat sedikit kenaikan berat badan, namun kelebihan energi mereka tersimpan sebagai lemak daripada orang-orang dengan yang berdiet protein dengan kadar menengah dan tinggi.


Orang yang diet rendah protein berat badannya meningkat hampir setengah sama banyak dengan yang lainnya, kenaikan tersebut berkisar antara 3,16 kilogram selama penelitian tersebut dibandingkan 6,05 kg dengan orang dengan konsumsi protein normal dan 6,51 kg pada orang dengan konsumsi protein kadar tinggi.


Namun penambahan berat badan tersebut merupakan bentuk massa tubuh yang mengencang, yang diperoleh oleh orang dengan diet protein kadar tinggi dan menengah sementara orang dengan kadar protein rendah kehilangan otot.


90 persen energi tambahan yang dikonsumsi oleh orang dengan diet protein kadar rendah disimpan dalam bentuk lemak, sementara pada dua kelompok diet lainnya hanya berjumlah 50 persen.


"Simpulan yang paling penting dalam penelitian ini adalah kalori lebih berperan penting daripada protein dalam penambahan lemak di tubuh," seperti disimpulkan dari penelitian yang dilakukan oleh George Bray di Pennington Biomedical Research Center di Baton Rouge, Lousiana.